Langsung ke konten utama

Emosi Segelas Air Panas

Segelas air panas menyiram tanganku.
Orang itu pelakunya.
Perih rasanya.
Walau tak sengaja, aku tetap marah.
Marah dalam diam.
Kemudian masuk kamar dan menangis.
Bukan... Bukan karena tersiram air panas.
Kebohongan yang terus dilakukan orang itu yang membuatku emosi.
Ah! Berengsek.
Andai anak bisa memisahkan kedua orangtuanya.
Masalahnya, mama menikmati derita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sumpah! Status ini Lebih Galau daripada "Single"

Hello to my new status! "Fresh Graduate" status yang lebih bikin galau daripada status "Single". Sebagai fresh graduate , gue ngerasa semakin banyak tuntutan baik dari dalam diri sendiri maupun dari orang tua. Gue lulusan diploma yang kata orang kebanyakan, ini lulusan tanggung. Katanya sih lulusan diploma dipandang sebelah mata sama perusahaan-perusahaan, Katanya loh ya. Kata siapa? ya kata orang-orang, termasuk orang tua gue. Makanya, nyokap gue keukeuh banget nyuruh gue ekstensi S1, begitu pun dengan om dan tante gue. Ga tanggung-tanggung, nyuruh ekstensinya di luar negeri dan nyari beasiswa. I know, that's really good for me . Gue pun sejak masih SMP selalu punya cita-cita untuk study abroad . Bahkan gue sempet apply beasiswa ke Singapura untuk ngelanjutin SMA. Pada akhirnya, gue tetap menuntut ilmu di Tanah Air tercinta sampai gelar A. Md tersemat di belakang nama. Sekarang muncullah kegalauan terberat gue, "Lanjut kuliah atau kerja? atau kerj...

Abis Ngeliput, Diteror Eyang Subur

Media tempat gue kerja selalu pengen dapet berita yang beda dari media lainnya. "Deception" istilahnya. Kalo diartiin ke dalam bahasa Indonesia bisa berarti "tipuan". Jadi, kita ngeliput berita yang benar-benar nggak terpikirkan oleh media lain. Tapi terkadang begitu berita hasil liputan "deception" ini muncul, hits beritanya memang tinggi. Gue setiap pagi selalu deg-degan nungguin plottingan dari redaktur kemana gue harus ngeliput hari itu. Jujur, gue nggak begitu suka kalau disuruh ngeliput ala deception. Gue nggak suka karena harus ngeliput sendirian tanpa ada wartawan-wartawan dari media lain. Walaupun udah biasa sendiri, tapi gue tetep nggak suka dengan kesendirian ini (?). Tapi emang sih begitu berita tersebut publish, gue puas ngeliat hitsnya yang tinggi. Gue masih bersyukur karena selama ini gue liputan "deception" ke rumah-rumah narasumber (walaupun narasumber utamanya sulit dijangkau). Temen gue ada yang ke kuburan...

Kepada Orang-orang Baik...

.                       (sumber foto: Getty images) Gue buat catatan ini biar nggak lupa bahwa gue dikelilingi orang-orang baik. Kadang suka mikir, kenapa ya mereka baik banget padahal gue ga pernah berbuat baik sama mereka. Ya maksudnya biasa-biasa aja gitu, ga ngejahatin juga. Malah cenderung cuek banget banget. Sebagai contoh yang gue inget, sejak jaman sekolah sampe kerja, ada aja yang mau nebengin gue ke kampus, main, mau nganterin pulang sampe rumah tanpa gue minta (paling mintanya cuma nebeng sampe jalan yang emang dia lewatin). Untungnya sekarang ada ojek online jadi ga ngerepotin orang. Tapi tetep sih sampe sekarang kalo pulang kerja malem ada yang nawarin tebengan sampe rumah. Padahal rumah dia lebih deket dari kantor dan rumah gue jauh banget.  Beberapa waktu lalu, karena lagi corona, ga ada ojek online dan kendaraan umum terbatas, gue akhirnya pulang kantor lebih cepet dari biasanya padahal gue deme...