Langsung ke konten utama

Belajar dari CommuterLine

Seperti biasa gue pulang kuliah bersamaan dengan jam pulang kantor yang berarti kereta penuhnya bukan main. baru nyampe tangga aja udah penuh. pas liat ke peronnya.... itu manusia apa teri?

Gue setiap hari pulang pergi naik kereta, Tangsel-Depok. Awalnya berat sempet kepikiran mau ngekost. Tapi setelah dijalanin ternyata asik juga. Ada suka-duka nya. Dukanya ya harus tau jadwal kereta kalo ketinggalan kadang-kadang nunggunya lama. terus desek-desekannya, badan remuk rasanya. pernah saking penuhnya gue ga bisa mempertahankan posisi berdiri gue. akhirnya gue miring 120 derajat. kepala gue nyender ke bahu orang sedangkan kaki gue berada jauh disana terhalang badan beberapa orang didekat gue. belum lagi kalo ada gangguan teknis, waktu itu kereta berangkat dari stasiun kebayoran menuju palmerah. Pas ditengah jalan tiba-tiba lampu mati berurutan gitu dari belakang ke depan persis di film-film horor dan kereta perlahan berhenti, AC mati. Penuh pula dengan orang. Untungnya kereta ga berhenti lama. tapi dampaknya setelah sampe di stasiun palmerah berhentinya lamaaaaa banget (mungkin ada pengecekan jaringan listrik) dan gue berdiri hampir setengah jam di dalem kereta, baru setelah itu kereta jalan lagi :')

Nah, di samping itu, gue belajar banyak sejak gue naik kereta. gue jadi wanita tangguh, seringnya terombang-ambing di dalam kereta membuat gue terbiasa dengan gelombang kehidupan #edisilebay. gue belajar untuk sabar menunggu, mempertahankan diri gue dari arus manusia-manusia kejam yang hendak masuk gerbong, dan yang paling penting gue belajar berbagi. berbagi tempat duduk, memprioritaskan yang seharusnya diprioritaskan. terkadang gue muak dengan orang-orang yang berhati batu, dia lihat orang tua masuk kereta tapi ga merelakan kursi yang sedang dia duduki untuk orang tua itu, justru dia pura-pura ga liat, pura-pura tidur sambil pake headset. ironisnya hal itu lebih sering terjadi di gerbong wanita. jadi buat ibu-ibu yang suka nyeri sendi, kalo mau naik kereta naik di gerbong campuran aja. justru para pria akan lebih menghargai, mereka pasti ngasih tempat duduk.

Yang paling gue suka saat naik kereta adalah.... gue bisa nguping pembicaraan orang. hahahaha. ga nguping sih, karena desek-desekan aja jadi jarak antara satu orang dengan orang lainnya deket sehingga obrolan apapun kedengeran. dari "nguping" ini gue dapet banyak banget ilmu mulai dari pembicaraan tentang kesehatan, sosial, dunia kerja, politik,dll. dan malam itu Jumat, 6 Desember 2013, gue mendengarkan pembicaraan 3 orang yang menurut gue bahasannya berbobot banget. mereka membandingkan transportasi di Indonesia dengan transportasi di jepang. Di Jepang CommuterLine begitu disiplin dengan jadwalnya tanpa meleset sedikitpun sementara di Indonesia sering banget telat. rakyat Jepang pun tertib mengantre ga kayak di Indonesia yang main serobot saat membeli karcis. dari sisi teknologi jelas Indonesia tertinggal jauh dari jepang dengan kecepatan yang bagai peluru yaitu 300 km/jam. mari kita lihat penampakan rel kereta di bawah ini
apakah di Jepang ada yang seperti itu? hal itu menunjukkan minimnya kesadaran masyarakat untuk tidak membangun lapak di sekitar rel juga kurang tegasnya pemerintah dalam mengatur ketertiban kota. Itulah beberapa perbedaan kereta Jepang dengan Indonesia.

Hal lain yang gue denger dari pembicaraan 3 orang tadi adalah masalah tata ruang kota Jakarta. Ali Sadikin adalah salah satu tokoh yang mereka sebut sangat berjasa dalam pembangunan Kota Jakarta. Bang Ali dulu sangat tegas menolak pembangunan di daerah resapan air, berbeda dengan sekarang, dimana-mana dibangun mall, apartemen, lahan kosong menjadi rebutan para pengusaha. "liat aja tuh Taman Anggrek Mall, itu kan dulu daerah resapan sekarang jadi mall besar" kata salah satu wanita yang jadi target "nguping" gue. "Untungnya sekarang ada Jokowi, yang gaya kepemimpinannya hampir sama dengan Bang Ali. coba Jokowi blusukan ke dalam kereta, mungkin kereta jadi lebih baik fasilitasnya ya" tambahnya.

yah begitulah kira-kira yang gue dengar dari mereka, sebenernya masih banyak yang mau gue share dari hasil "nguping" gue dengan orang yang berbeda di waktu yang berbeda. Tapi terlalu banyak, males ngetiknya hahahaha.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Emosi Segelas Air Panas

Segelas air panas menyiram tanganku. Orang itu pelakunya. Perih rasanya. Walau tak sengaja, aku tetap marah. Marah dalam diam. Kemudian masuk kamar dan menangis. Bukan... Bukan karena tersiram air panas. Kebohongan yang terus dilakukan orang itu yang membuatku emosi. Ah! Berengsek. Andai anak bisa memisahkan kedua orangtuanya. Masalahnya, mama menikmati derita.

Sumpah! Status ini Lebih Galau daripada "Single"

Hello to my new status! "Fresh Graduate" status yang lebih bikin galau daripada status "Single". Sebagai fresh graduate , gue ngerasa semakin banyak tuntutan baik dari dalam diri sendiri maupun dari orang tua. Gue lulusan diploma yang kata orang kebanyakan, ini lulusan tanggung. Katanya sih lulusan diploma dipandang sebelah mata sama perusahaan-perusahaan, Katanya loh ya. Kata siapa? ya kata orang-orang, termasuk orang tua gue. Makanya, nyokap gue keukeuh banget nyuruh gue ekstensi S1, begitu pun dengan om dan tante gue. Ga tanggung-tanggung, nyuruh ekstensinya di luar negeri dan nyari beasiswa. I know, that's really good for me . Gue pun sejak masih SMP selalu punya cita-cita untuk study abroad . Bahkan gue sempet apply beasiswa ke Singapura untuk ngelanjutin SMA. Pada akhirnya, gue tetap menuntut ilmu di Tanah Air tercinta sampai gelar A. Md tersemat di belakang nama. Sekarang muncullah kegalauan terberat gue, "Lanjut kuliah atau kerja? atau kerj...

Kepada Orang-orang Baik...

.                       (sumber foto: Getty images) Gue buat catatan ini biar nggak lupa bahwa gue dikelilingi orang-orang baik. Kadang suka mikir, kenapa ya mereka baik banget padahal gue ga pernah berbuat baik sama mereka. Ya maksudnya biasa-biasa aja gitu, ga ngejahatin juga. Malah cenderung cuek banget banget. Sebagai contoh yang gue inget, sejak jaman sekolah sampe kerja, ada aja yang mau nebengin gue ke kampus, main, mau nganterin pulang sampe rumah tanpa gue minta (paling mintanya cuma nebeng sampe jalan yang emang dia lewatin). Untungnya sekarang ada ojek online jadi ga ngerepotin orang. Tapi tetep sih sampe sekarang kalo pulang kerja malem ada yang nawarin tebengan sampe rumah. Padahal rumah dia lebih deket dari kantor dan rumah gue jauh banget.  Beberapa waktu lalu, karena lagi corona, ga ada ojek online dan kendaraan umum terbatas, gue akhirnya pulang kantor lebih cepet dari biasanya padahal gue deme...