Langsung ke konten utama

Cinta (Monyet) Diam-Diam Jaman Sekolah

14 Februari 2018

Wuhuuw.. Valentine is coming. Satu-satunya yang gue suka dari Valentine adalah banyak diskon yang bisa gue nikmati berdua sama... Nyokap. Ya, gue belum pernah melewatkan Valentine bersama kekasih. Karena emang belum pernah punya pacar akutu... Hehe.

Apakah kuharus cari pacar mulai sekarang? Duh..  repot. Daripada nyari pacar, gue lebih tertarik mengingat kisah "cinta (monyet) diam-diam" gue jaman sekolah dulu.

Setelah gue inget-inget kapan pertama kali suka-sukaan sama orang adalah saat gue masih sekecil sepatu Crocs alias pas masih TK. 

TK

Dulu gue tertarik dengan temen sekelas gue. Orangnya item manis kayak kecap. Namanya Rizky. Ternyata selera gue jaman masih sebiji jagung lumayan tinggi. Menurut gue, Rizky ini cowok paling manis se-TK, paling bersih, dan yang paling menawan saat meluncur di perosotan sekolah.

Daaan bukan cuma gue yang suka sama dia. Bagaikan Dilan yang menyihir penonton wanita dengan pesonanya, banyakk banget yang suka sama Rizky. Tapi yang keliatan agresif cuma 2 orang, gue sama musuh bebuyutan gue pas TK hahaha.

Gue sama musuh bebuyutan gue ini bagaikan anak gaul dan anak cupu kalo di film-film. Dia sebagai anak gaul serta 2 temannya yang selalu kemana-mana bareng. Sementara gue si cupu yang enjoy dengan hidup sendiri dengan nilai yang bintang 3 semua (paling tinggi). Tapi gue ga secupu di film film yang jadi korban bully gitu. Temen gue banyak tapi nggak punya geng.

Nah, gue sama sebut aja Ayu (si musuh bebuyutan) ini berebut Rizky. Setiap ada kesempatan gue manfaatkan untuk deketin Rizky, paling engga, berdiri di sebelahnya aja cukup buat gue puas.

Biasanya hal itu gue lakukan pas jam istirahat. Saat kita main di luar. Gue pun dengan penuh keberanian dengan sedikit jiwa kompetisi demi mengalahkan Ayu, mendekati Rizky. Seolah merasakan kemenangan, tiap gue ada di deket Rizky, gue selalu menatap Ayu dengan pandangan penuh kesombongan. Ayu pun menatap gue sinis.

Bel sekolah bunyi, tanda istirahat telah usai. Kini Ayu yang buat gue panas. Dia duduk di kelas berdekatan dengan Rizky. Kali ini gue mengumpat karena dia ternyata bisa lebih deket dan lebih lama sepanjang pelajaran hingga bel usai sekolah bunyi. Huft... Oke kali ini dia menang.

Gue pun balas dendam saat study tour ke suatu tempat yang gue lupa. Gue minta nenek gue fotoin gue berdua dengan Rizky. Gue akui gue pun jijik mengingat itu. Tuhan, segenit itu kah aku sampe berani menggandeng lengan Rizky demi mendapatkan sebuah foto.

Setelah foto itu dicetak, gue berhasil buat Ayu iri. "Wee aku punya foto bareng. Kamu engga," ujarku tak tahu malu. Entah gimana ceritanya, guru-guru gue tau kalo gue sama Ayu bersaing mendapatkan Rizky (?). Gue, Ayu, dan Rizky pun akhirnya sering diledekkin sama guru, temen, dan juga orangtua gue. 

Sejak saat itu, gue dan Ayu memutuskan untuk berdamai karena malu. Kita pun berteman dan meninggalkan Rizky. Rizky kesepian...

SD

Seinget gue waktu SD gue sempet suka sama 3 cowok yang berbeda. Wajar kan banyak, 6 tahun gitu. Kenapa SD lama banget ya... 

Jadi waktu SD kayaknya kelas 2 deh. Gue suka sama anak yang bernama Rizky lagi. Tapi dipanggilnya Dimas. Sumpah dia satu SMP sama gue juga. Nama panjangnya adalah... Duh takut orangnya baca. Malu (?). Alasan gue suka sama dia karena... Ganteng. Lagi-lagi alasan fisik hahaha. Maklum lah ya anak kecil kan ngeliatnya visual.

Gue lupa kita sekelas apa engga. Tapi kita satu tempat ngaji. Nggak begitu menarik sih kenangan sama dia. Kita cuma sering main kuda tomprok bareng pas ngaji.

Setelah Dimas, gue pun mengenal kakaknya, namanya Bayu. Dan gue pun suka juga sama kakaknya karena ganteng. Satu keluarga emang bagus nih gennya. Gue jadi pusing pilih yang mana saat itu. Tapi gue sadar fisik bukanlah segalanya.

Di akhir SD, datanglah seorang bernama Adit yang satu bimbel dengan gue tapi nggak satu sekolah. Anaknya jail banget ngeselin. Godain gue mulu. Tiap kali bimbel tiada hari tanpa gue berantem sama dia. Entah alat tulis gue diambil, bangku gue ditendang-tendang atau diledekin. Gue pun saking keselnya sempet ngelempar tas dia ke toilet. 

Suatu hari dia nggak masuk bimbel, saat itu gue merasakan ada sosok yang hilang. Terus gue mikir... kok gue kangen ya. Ea. Saat itulah untuk pertama kali gue jatuh cinta bukan karena fisik tapi karena kehadirannya ternyata bikin gue bahagia. Iya bahagia, walaupun sering bikin kesel tapi dia selalu bikin gue ketawa.

Akhirnya gue pun sadar kalo gue suka sama dia. Hari-hari berikutnya dia masuk lagi. Tetep dengan godaan-godaannya. Tapi kali ini gue sadar, itu menyenangkan. 

Daaan finally gue jadi sering pulang bareng dia naik sepeda, baru gue ketahui belakangan ternyata rumah kita cuma beda satu gang. Gue juga suka ketemu dia di masjid saat taraweh dan masih suka main bareng, jepret-jepretan sarung atau main kembang api.

Tapi kisah cinta gue ini berakhir menyedihkan (?). Tiba-tiba dia ilang gitu aja. Dia udah nggak bimbel lagi seinget gue. Pulang bimbel gue selalu sengaja ngelewatin rumah dia. Main sepeda sore pun ngelewatin rumah dia. Sampe ramadhan tahun depannya gue selalu nyari dia di masjid tapi nggak pernah ada. Dia pergi tanpa pamit...

Sekian kisah cinta monyetku saat TK & SD. Perlu dilanjutin nggak sampe SMP - SMA?

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Emosi Segelas Air Panas

Segelas air panas menyiram tanganku. Orang itu pelakunya. Perih rasanya. Walau tak sengaja, aku tetap marah. Marah dalam diam. Kemudian masuk kamar dan menangis. Bukan... Bukan karena tersiram air panas. Kebohongan yang terus dilakukan orang itu yang membuatku emosi. Ah! Berengsek. Andai anak bisa memisahkan kedua orangtuanya. Masalahnya, mama menikmati derita.

Sumpah! Status ini Lebih Galau daripada "Single"

Hello to my new status! "Fresh Graduate" status yang lebih bikin galau daripada status "Single". Sebagai fresh graduate , gue ngerasa semakin banyak tuntutan baik dari dalam diri sendiri maupun dari orang tua. Gue lulusan diploma yang kata orang kebanyakan, ini lulusan tanggung. Katanya sih lulusan diploma dipandang sebelah mata sama perusahaan-perusahaan, Katanya loh ya. Kata siapa? ya kata orang-orang, termasuk orang tua gue. Makanya, nyokap gue keukeuh banget nyuruh gue ekstensi S1, begitu pun dengan om dan tante gue. Ga tanggung-tanggung, nyuruh ekstensinya di luar negeri dan nyari beasiswa. I know, that's really good for me . Gue pun sejak masih SMP selalu punya cita-cita untuk study abroad . Bahkan gue sempet apply beasiswa ke Singapura untuk ngelanjutin SMA. Pada akhirnya, gue tetap menuntut ilmu di Tanah Air tercinta sampai gelar A. Md tersemat di belakang nama. Sekarang muncullah kegalauan terberat gue, "Lanjut kuliah atau kerja? atau kerj